Jumat, 01 Juli 2011

HIKMAH & WIRID

1. Pengertian Wirid dan manfaat merutinkannya.
Wiridan (wirid : bahasa Arab), adalah kata yg biasa di ucapkan dan telah menyatu dalam bahasa masyarakat kita khususnya kalangan santri di pondok-pondok pesantren. Asal katanya "warada" artinya hadir, datang, sampai (Mukhtar - Ashshahah, Muhammad Abu Bakar Ar Razi). Kemudian secara terminologi menjadi istilah untuk berzikir dan berdoa sesuai dengan "aurad" (jamak dari kata wirid) yg datang dari Nabi SAW, para sahabat, maupun para ulama "waratsatul anbiya/wali."

Istilah lainnya adalah "Istighatsah" artinya memohon pertolongan kepada Allah secara langsung pada saat terjepit. Kata "wirid" dalam Alqur'an sebagai berikut :

1. QS.28 Al-Qashash : 23
Wa lamma warada ma'a Madyana wajada 'alaihi ummatam minan-nasi yasquna wa wajada min dunihimum-ra'ataini tazudan, qala ma khatbukuma, qalata la nasqi hatta yusdirar-ri'a u wa abuna syaikhun kabir.

"Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yg sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yg sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata : "Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?" Kedua wanita itu menjawab : "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan (ternaknya) sedang bapak kami adalah orang tua yg telah lanjut umurnya."

2. QS.12 Yusuf : 19
Wa ja'at sayyaratun fa arsalu waridahum fa adla dalwah, qala ya busyra haza gulam, wa asarruhu bida'ah, wallahu 'alimun bima ya'malun.

"Kemudian datanglah kelompok orang-orang musafir, lalu mereka menyuruh seorang pengambil air, maka dia menurunkan timbanya, dia berkata : "Oh; kabar gembira, ini seorang anak muda !" Kemudian mereka menyembunyikan dia sebagai barang dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yg mereka kerjakan."

3. QS.50 Qaaf : 16
Wa laqad khalaqnal-insana wa na'lamu ma tuwaswisu bihi nafsuh, wa nahnu aqrabu ilaihi min habli-warid.

"Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yg di bisikkan oleh hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya."

4. QS.55 Ar-Rahman : 37
Fa izansyaqqatis-sama'u fa kanat waidatan kad-dihan.

"Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak."

Dengan demikian amalan wirid diharapkan menjadi pengantar kesegaran ruhani dan bagian erat keseharian kita dan masyarakat, untuk memperoleh keselamatan, kebahagiaan, keberuntungan, ketentraman, kedamaian, tercukupi segala kebutuhan dan terpenuhi keinginan yg di maksud dalam berbagai aktivitas mencapai ridha Allah SWT. Bahkan Hujjatul Islam Imam Al-Ghozali telah mengatur wirid-wirid tertentu dalam kitab Bidayatul Hidayah. Para syekhul islam banyak menyusun kitab-kitab wirid dikarenakan banyaknya keberkahan keuntungan yg di dapat dari aktivitas ini. Ayat-ayat Alqur'an yg menunjukkan kepada masalah tersebut antara lain firman-firman Allah Ta'ala :

"Dan engkau bacalah apa yg telah di wahyukan kepadamu dari kitab Tuhanmu, tidak ada perobah yg dapat merobah kalimat-kalimatnya, dan engkau tidak akan menemukan selain dariNya tempat bersandar dan sabarkanlah dirimu bersama orang-orang yg berdoa kepada Tuhannya di pagi dan petang demi mendambakan keridhaanNya dan janganlah engkau memalingkan perhatianmu dari mereka karena menginginkan perhiasan duniawi dan janganlah engkau patahi orang yg kami lupakan hatinya dari mengingat kami dan dia senantiasa mengikuti hawa nafsunya dan adapun tindakannya berlebih-lebihan."

Pada dasarnya wirid berhubungan erat dengan kemaslahatan hidup. Dengan terus menerus menjaga hubungan kita dengan san Pencipta, kita akan berada terus dalam pengawasan-Nya. Aktivitas wirid adalah sarat dengan permohonan dan doa. Dalam Islam sangat ditekankan sekali agar seorang muslim selalu berdoa. Seorang yg mendapat ridho dan rahmat-Nya niscaya akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Kebahagiaan itu tidak mesti berbentuk harta yg melimpah, karena bisa saja berupa yg lain, seperti anak-anak yg cerdas, istri yg sholihah, di sukai tetangga, hidup yg sehat jauh dari penyakit, pekerjaan lancar dan lain sebagainya. Tapi mesti di akui kita tidak bisa melepaskan dan mengingkari kemanusiaan kita yg memiliki nafsu termasuk nafsu duniawi. Selama yg kita minta tidak bertentangan dengan agama, yg masih dalam jangkauan Ridho dan Rahmat Allah SWT, maka hal itu tidak menjadi masalah. Yang terpenting adalah niat kita. Niat yg benar niscaya akan mendatangkan keberkahan.

Lalu wirid yg terbaik adalah membaca Alqur'an "Barang siapa ingin berdialog dengan Allah, maka bacalah Alqur'an," begitu sabda Rasulullah SAW. Dialog dengan Allah adalah wirid yg paling indah. Setelah itu kalimat Thayyibah seperti La Ilaha Illallah. Allah menjaminkan surga bagi siapa pembaca kalimat itu. Lainnya dalah Istighfar, Shalawat, Tahmid, Tasbih, Asma al-Husna, do'a ma'tsur dari Rasulullah.

2. Rahasia waktu, bilangan bacaan dan huruf

Setiap kali Allah menciptakan sesuatu tentu ada maksud dan rahasia sendiri. Termasuk waktu adalah salah satu rahasia yg tidak dipahami orang-orang awam. Hanya sedikit dari mereka yg bisa memahami ini. Yang sedikit itulah dari para ulama-ulama Hikmah (baca : waliyullah) yg dapat memahami asror di balik penciptaan ini. Ketentuan waktu di baca waktu subuh, asar, maghrib, dan isya memang berhubungan dengan rahasia dalam sholat. Allah SWT mencipatakan jumlah rakaat yg berdoa. Walaupun ada yg sama seperti zhuhur, asar dan isya yaitu empat rakaat. Maghrib tiga rakaat dan shubuh dua rakaat. Jelas kalau kita hubungkan dengan ilmu falaq sangat besar pengaruhnya.

Coba perhatikan, terkadang ijazah wirid sering sekali harus di baca ba'da shubuh dan maghrib, karena kedua waktu itu mempunyai keistimewaan yg berbeda. Sekali lagi, setiap waktu memiliki kelebihan dan keistimewaan. Satu contoh, doa-doa Rasulullah SAW banyak yg terkait dan di baca pada waktu shubuh dan malam hari.
Diantaranya "Allahumma Inni Asbahtu.....

Kalau kita melihat, waktu-waktu mustajabah yg diberikan oleh Allah SWT itu justru pada waktu shubuh, plus nilai tambah pada saat pergantian waktu malam ke siang yg berkhasiat bagi kesehatan. Yaitu sejak matahari memancarkan sinarnya yg merupakan awal hari untuk beraktivitas. Dengan membekali diri untuk mendekatkan diri kita kepada Allah SWT dengan mengaplikasi bacaan-bacaan saat shalat shubuh agar menjadi bekal kita hingga sore harinya.

Pada saat pergantian hari itulah kita di hadapkan pada satu kelemahan. Terkadang di sebabkan aktivitas dan lingkungan ikut terpengaruhi ke dalam tubuh, jasmani maupun rohani. Satu kelemahan yg sangat jelas, saat kita membutuhkan penjagaan Allah. Karena itu kita memerlukan bacaan-bacaan tertentu. Bacaan-bacaan yg berbeda tapi memiliki maksud dan tujuan yg sama.

Dan waktu malam adalah saat yg penuh dengan kelalaian. Disinilah seorang harus membekali diri dengan penjagaan Illahiyah. Sudah di maklumi, saat seperti inilah penuh dengan bayang-bayang jerat dari iblis dan sekutu-sekutunya. Orang-orang yg iri dengan hak dan rezeki orang lain akan melancarkan serangan pada waktu malam. Berusaha menghancurkan mereka yg lalai dari perlindungan Allah SWT.

Berusaha melindungi diri dengan memohon penjagaan dari Allah SWT adlh yg terbaik. Tidak hanya untuk diri pribadi, tapi untuk keluarga dan semua yg dikasihi. Memohon penjagaan dan keberkahan dari Allah SWT untk urusan dunia dan akhirat. Disinilah fungsi dan tujuan dari wirid tersebut. Perhatikan ayat berikut ini.

"Dan Dialah yg menjadikan siang dan malam silih berganti untuk siapa yg mengingat Allah atau ingin mensyukurinya."

Sebagian dari ulama mengatakan makna khilafan 'pada ayat tersebut' yg satu mengiringi yg lain.' Dan hal itu adlh untk agar apa yg tak sempat di kerjakan di waktu siang masih dapat dikerjakan (diqhodo'I) pada malamnya, yaitu waktu-waktu untk berzikir dan bersyukur. Juga dengan adanya pergantian siang dan malam maka akan dapat pula di ketahui batasan-batasan waktu, selain beraneka ragam amal-amal ibadah dan amal-amal baik lainnya dapat dikerjakan sesuai dengan waktu-waktunya. Untk masalah itu terdapat pemberitahuan dari Rasulullah SAW, yaitu sabda Beliau,"hamba-hamba yg paling di sukai Allah adlh mereka yg senantiasa memperhatikan matahari dan bulan dan pertukarannya demi untk berzikir pada Allah Ta'ala."

Allah tidak pernah meminta bantuan kepada siapapun, karena Dia Maha Besar dan Maha Agung. Tapi Dia menjadikan sesuatu ada pembantu/penjaganya. Termasuk ayat-ayat atau doa-doa yg diturunkan. Tugas dari penjaga (khodam) ayat atau doa tersebut adalh mendoakan agar si pembaca ayat atau doa itu dapat semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Memang benar, setiap huruf Hijaiyyah memiliki kandungan asrar (rahasia) masing-masing. Yang mengetahui hal tersebut adlh orang yg ahli al-asrar atau ulama tertentu. Ulama-ulama yg memahami ilmu ini biasanya Ulama Ahli Hikmah. Tidak jarang mereka mengetahui makna dan penggunaannya, misalkan huruf Alif Lam Mim, Ha Mim, Alif Lam Ro, Yaa Siin, dan seterusnya.

Ulama-ulama Hikmah yg menemukan formula bacaan suatu wirid dapat mengetahui asror dari bacaan-bacaan tersebut. Dari merekalah kemudian dapat diketahui nilai plus dari suatu bacaan. Hasil penyelidikan metafisis itulah akhirnya kita bisa mengetahui, sbgai contoh kenapa surat At-tholaq ayat 2-3 banyak digunakan untk wirid penarik rezeki ? Atau kenapa jika ayat Qursy di baca 3x dengan menahan nafas pada bagian tertentu berfungsi untk meredam niat jahat seseorang ?

3. Kedudukan wirid dalam agama dan kaitannya dengan ijazah.

Syaikhina Al-Mursyid Habib Lutfi bin Yahya beliau mengatakan untk mereka yg mengambil bacaan wirid tidak langsung dari seorang guru hendaknya sedapat mungkin bersikap bijaksana. Karena bacaan wirid yg termaktub di buku memiliki ijazah yg bersifat 'ammah (umum). Sebab sang mualif memberikannya secara bersama-sama kepada semua umat tanpa melihat kondisi umat secara langsung.

Namun agar ijazah tersebut bisa mengantar kita dalam mencapai peningkatan dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT, hendaknya mengikuti apa yg telah di gariskan atau di contohkan oleh Baginda Nabi SAW, sahabat, tabiin, tabiit-tabiin' yg itu tidak terdapat dalam penjabaran ijazah tersebut. Baik itu I'lan atau peringatan, maupun I'bar atau pemberitahuan dari mualif tersebut. Sekalipun ijazah tersebut sudah di berikan secara 'ammah, tetap saja memerlukan seorang guru.

Selanjutnya beliau mengatakan, guru disini berfungsi sebagai penyambung lidah dalam bentuk ijazah 'Ammah. Guru-guru atau Ulama tersebut adlh orang yg tahu persis dosis dan kemampuan orang yg menerima dan mengamalkan muamalah itu. Disinilah penting dan tingginya nilai seorang Guru, khususnya untuk menerapkan ijazah-ijazah yg 'Ammah di dalam kitab/buku tersebut.

Kalau sudah begini, berarti mengamalkan wirid yg di dapat dari buku berarti sia-sia ? Jawabnya "TIDAK"! Karena ada atsar yg mengatakan, "sesungguhnya ilmu dan Hikmah itu adlh milik kaum muslim yg hilang, maka ambillah dimanapun dia berada."
Selanjutnya Habib Lutfi mengatakan, "....Ambil dan teruskan bacaan-bacaan wirid tersebut sebagai satu bentuk nilai ibadah,...selanjutnya sesegera mungkin di mintakan ijazah kepada ulama/guru yg memahami bidang tersebut...." Dalam dunia wirid, ijazah diperlukan dalam rangka menata hati supaya lebih mantap dan untuk mencapai pendekatan yg sempurna kepada Allah SWT.

Perhatikan hadits berikut ini, Rasulullah bersabda :

"Ilmu merupakan perbendaharaan. Kuncinya adlh bertanya, karena itu bertanyalah semoga Allah melimpahkan rahmat kepada kalian. Sehubungan dengan masalah ilmu ini, ada 4 kelompok orang yg memperoleh pahala, yaitu orang yg bertanya, orang yg mengajarkan, orang yg mendengarkan, dan orang yg mencintai ketiganya." (H.R. Abu Nuaim dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib KWH).

Bertanya adlh kunci untk memahami rahasia ilmu dan menyingkap keghaiban di dalam hati. Menurut Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad (Shohibur Rotib), ilmu itu seperti harta benda di rumah yg tidak dapat di ambil kecuali dengan kunci. Begitupun ilmu para ulama dan arifin tidak akan dapat di pelajari dan di ambil manfaatnya, kecuali dengan mengajukan pertanyaan secara jujur dan dengan keinginan yg kuat serta adab yg baik. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa wirid menempati kedudukan yg penting dalam agama dan mempunyai kelebihan tersendiri. As-syaikh Al-Umari, pengarang kitab Bahrul Anwar mengatakan "ketahuilah bahwa yg membuat jiwa dan hati manusia jernih dan murni, sumbernya ialah dia berada di tempat-tempat yg dekat disisi Allah dan tempat bersaksi kepada-Nya. Selain dari itu untuk seseorang bisa sampai ketempat itu dia harus menggunakan sebab-sebab yg dapat menyampaikan kesitu, serta berjalan dengan mengikuti rambu petunjuk yg telah tersedia di jalan kearah tempat itu. Adapun sebab yg harus digunakan dan jalan yg harus dilalui dan rambu yg arahnya harus di ikuti adlh mengerjakan wirid-wirid."

Al-Imam Habib Abdurrahman bin Muhammad Asseqaf mengatakan "Barangsiapa yg tidak mempunyai amalan wirid di setiap harinya, maka tak ubahnya dia seperti seekor binatang kera." Wirid merupakan sebab bersihnya hati. Membuat jiwa jernih dan suci. Yang dapat melepaskan kekotoran-kekotoran yg di akibatkan oleh syahwat yg tadinya menempel dan melekat padanya. Ibarat karat yg menempel pada besi.

Selanjutnya Syaikh Umari mengatakan bahwa Allah dengan hikmah-Nya, di jadikan-Nya di dalam semua bentuk peribadatan yg berlaku terdapat sesuatu untuk pengetuk dan pembuka pintu alam-alam ghaib. Maka barangsiap melaksanakan semua amal ibadahnya dengan memenuhi semua syarat dan adabnya, maka alam ghaib tidak lagi tertutup bagi dirinya. Dengan sebab itulah wirid dapat mengangkat derajat seseorang. Seseorang yg menjaga wiridnya dari hari kehari sama artinya berada dalam penjagaan Allah SWT terus-menerus.

Mengenai memilih wirid dan zikir, sebagian ulama mengatakan sudah seharusnya seseorang memilih untuk dirinya dan menentukan zikir-zikir yg sesuai dengan kemampuannya yg dirasakannya ringan bagi dirinya, karena itu akan membantu untuk merutinkan dan menekuninya, serta akan tetap terpelihara kestabilan semangatnya dan tidak mengalami kejenuhan sehingga dia akan mencapai tujuannya dengan mudah. Ketahuilah bahwa Allah memberikan bantuan-Nya kepada seseorang hamba sebesar kadar niat orang itu sendiri.

Disinilah terjadi peran guru. Guru yg bijaksana akan mengetahui kapasitas batin si murid. Tidak mungkin murid yg punya sifat malas di beri amalan yg panjang dan lama. Begitu juga karakter seseorang akan menentukan jenis wirid yg cocok untuk di baca. Guru yg sempurna ilmunya lahir dan batin, akan membaca pribadi si murid semata-mata untk kebaikan dirinya. Tidak jarang kita mendengar ada ahli wirid yg mengalami 'kegoncangan/gangguan kejiwaan karena berlebihan 'dosis' wiridnya. Biasanya adlh bacaan-bacaan Hizib yg memang sangat riskan sekali di ijazahkan secara 'ammah (umum). Karena doa-doa yg mempunyai dosis besar tidak akan terbuka begitu saja asror/rahasianya sebelum si pengamal di uji terlebih dahulu. Sekali lagi ! Jika kita mendapatkan sebuah bacaan wirid alangkah baik di bawakan kepada ahlinya. Setidaknya hal itu akan membuat kita lebih aman dan mantab dalam pengamalannya. Apalagi jika bacaan itu berbentuk Hizib, yg notabene memang termasuk amalan kelas berat.

Tidak ada komentar: